iklan banner

Kamis, 03 November 2016

FADHILAH SHOLAT ISYROQ

MERAIH PAHALA HAJI DAN UMRAH SEMPURNA
(FADHILAH SHOLAT ISYROQ)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian dia duduk – dalam riwayat lain: dia menetap di mesjid – untuk berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna“ (HR at-Tirmidzi)

FAEDAH :

Shalat isyroq sebenarnya termasuk shalat Dhuha, namun dikerjakan di awal waktu, yaitu mulai matahari setinggi tombak, sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit.

Penyebutan shalat ini dengan shalat isyraq berdasarkan penamaan sahabat Ibnu ‘Abbas.
Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Umar Bazamul dalam kitabnya yang bertajuk Bughyatul Mutathawwi’ fi Shalatit Tathawwu’Shalatul Isyraq, “Telah tsabit (tetap) penamaan shalat dhuha yang dilaksanakan di awal waktu sebagai shalat isyraq dari Ibnu ‘Abbasradhiallahu ‘anhuma. ‘Abdullah bin Harits bin Naufal meriwayatkan,

أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ كَانَ لَا يُصَلِّي الضُّحَى. فَأَدْخَلْتُهُ عَلَى أُمِّ هَانِئٍ، فَقُلْتُ: أَخْبِريْ هَذَا بِمَا أَخْبَرْتِنِيْ
بِهِ. فَقَالَتْ أُمُّ هَانِئٍ: دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ يَوْمَ الْفَتْحِ فِيْ بَيْتِيْ، فَأَمَرَ بِمَاءٍ، فَصَبَّ فِيْ قَصْعَةٍ، ثُمَّ أَمَرَ بِثَوْبٍ، فَأَخَذَ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُ، فَاغْتَسَلَ،ثُمَّ رَشَّ نَاحِيَةَ الْبَيْتِ، فَصَلَّى ثَمَانِ رَكَعَاتٍ، وَذَلِكَ مِنَ الضُّحَى، قِيَامُهُنَّ وَرُكُوعُهُنَّ وَسُجُودُهُنَّ وَجُلُوسُهُنَّ سَوَاءٌ، قَرِيبٌ بَعْضُهُنَّ مِنْبَعْضٍ.
فَخَرَجَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَهُوَ يَقُولُ: لَقَدْ قَرَأْتُ مَا بَيْنَ اللَّوْحَيْنِ، مَا عَرَفْتُ صَلاَةَ الضُّحَى إِلَّا الْآنَ: { يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ }، وَكُنْتُ أَقُولُ: أَيْنَ صَلاَةُ الْإِشْرَاقِ؟ ثُمَّ قَالَ بَعْدُ: هُنَّ صَلاَةُ الْإشْرَاقِ.

Sesungguhnya Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma tidak pernah shalat dhuha. Lantas akumembawanya masuk ke Ummu Hani’, aku berkata, “Beritakan padanya apa yang kamu beritakan padaku.”
Ummu Hani’ berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui aku di rumahku pada hari penaklukan kota Mekah, lalu memerintahkan agar disiapkan air, lalu beliau menuangnya ke dalam bejana, lalu memerintahkan disiapkan pakaian, lalu mengambil tempat terpisah antara dirinya dan aku, lalu beliau mandi, lalu memerciki salah satu sudut rumah, lalu shalat delapan rakaat. Itu adalah shalat dhuha. Lama berdirinya, rukuknya, dan sujudnya hampir sama.”
Kemudian Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma keluar seraya berkata, “(Demi Allah) sungguh aku telah membaca di mushaf, tetapi tidaklah aku mengetahui shalat dhuha kecuali sekarang. (Allah berfirman),
يُسَبِّحۡنَ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِشۡرَاقِ ١٨
Gunung-gunung itu bertasbih di pagi hari dan petang hari.” (Shad: 18)
Adalah aku sebelumnya bertanyatanya, ‘Mana shalat isyraq itu?’ Ternyata itulah shalat isyraq.” (Dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tafsir-nya dan al- Hakim)


An Nawawi dalam Syarah Shohih Muslim membawakan bab dengan judul ‘Keutamaan tidak beranjak dari tempat shalat setelah shalat shubuh dan keutamaan masjid’. Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi’in –Simak bin Harb-. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa dia bertanya kepada Jabir bin Samuroh,
أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
Apakah engkau sering menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?
Jabir menjawab,
نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لاَ يَقُومُ مِنْ مُصَلاَّهُ الَّذِى يُصَلِّى فِيهِ الصُّبْحَ أَوِ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِى أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ.

Iya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim)

Setelah sholat subuh hingga terbit matahari (syuruq) merupakan waktu terlarang untuk melaksanakan sholat sunah. Namun dalam waktu tersebut Rosulallah shallallahu alaihi wasalam mensunahkan tidak beranjak dari masjid atau beriktikaf dengan amalan dzikrullah (termasuk membaca dan mentadaburi alquran, taklim ataupun perbincangan yang tidak sia-sia untuk mengagungkan kebesaran Allah ta’ala). Amalan tersebut dilaksanakan hingga sekitar 10 menit setelah terbit matahari (isyroq) kemudian melaksanakan sholat dua rakaat. Keutamaannya adalah pahalanya seperti haji dan umroh yang sempurna, walaupun bukan berarti sebagai peganti ibadah haji atau umroh.

Amalan tersebut merupakain amaliah yang merupakan rangkaian amal sholat subuh berjamaah di masjid. Namun demikian bagi yang ada udzur ataupun perempuan yang tidak melaksanakan sholat berjamaah di masjid dapat mengamalkannya di tempat sholatnya dirumah, dzikrullah hingga 10 menit setelah waktu terbit matahari, lalu sholat sunah 2 rakaat. Insya allah keutamaannya akan sama seperti mereka (laki-laki) yang melaksanakannya di masjid.


Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklan