BERJAMAAH DENGAN MAKMUM SATU ORANG
Bila jamaah shalat
hanya terdiri dari seorang imam dan seorang makmum, maka posisi makmum di
sebelah kanan imam. Namun lebih afdhalnya sedikit di belakang, untuk
menghindari kemungkinan posisi makmum melewati posisi imam.
HADITS 01 : Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata:
بِتٌّ عند
خَالَتِيْ ميمونةَ فقام النبيُّ صلى اللَّه عليه وآله وسلم يصلِّي من الليلِ فقمتُ أُصَلِّيْ معه
فقمت عن يسارهِ فأخذَ بِرَأْسِيْ وَأَقَامَنِيْ عن يَّمِيْنِهِ
Saya pernah bermalam di kediaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam suatu malam, waktu itu beliau di rumah Maimunah radliyallahu anha.
Beliau bangun dan waktu itu telah habis dua pertiga atau setengah malam,
kemudian beliau pergi ke tempat yang ada padanya air, aku ikut berwudlu
bersamanya, kemudian beliau berdiri dan aku berdiri di sebelah kirinya maka
beliau pindahkan aku ke sebelah kanannya. (HR. Bukhari 726, Muslim 763).
HADITS 02 : hadits Jabir :
قام رَسُولُ اَللَّهِ صلى اللَّه عليه وآله وسلم ليصلِّي فَجِئْتُ فقمتُ على يسارهِ
فأخذَ بيدى فأدارني حتى أَقَامَنِيْ عن يَّمِيْنِهِ ثم جاء جابر بن صخر فقام عن
يسارهِ رَسُولُ اَللَّهِصلى اللَّه عليه وآله وسلم فأخذ بأيدينا جميعا فذفعنا حتى
أَقَامَنَا خلفهُ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berdiri shalat, kemudian aku datang, lalu aku berdiri
disebelah kirinya, maka beliau memegang tanganku, lantas ia memutarkan aku
sehingga ia menempatkan aku sebelah kanannya. Kemudian datang Jabbar
bin Shakr yang langsung ia berdiri di sebelah kiri Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau memegang tangan kami dan beliau
mendorong kami sehingga beliau mendirikan kami dibelakangnya”. [Shahih Riwayat
Muslim & Abu Dawud]
PENJELASAN FUQOHA (ULAMA AHLI
FIQIH)
1. IMAM SYAFI’I dalam
kitab Al-Umm berkata :
وإذا أم رجل رجلا واحدا أقام الإمام المأموم عن يمينه وإذا أم
خنثى مشكلا أو امرأة قام كل واحد منهما خلفه لا بحذائه وإذا أم رجل رجلا فوقف
المأموم عن يسار الإمام أو خلفه كرهت ذلك لهما ولا إعادة على واحد منهما وأجزأت
صلاته
Apabila seorang laki-laki mengimami seorang laki-laki, maka imam itu
hendaknya memerintahkan makmum berdiri pada sisi kanannya.
Apabila seorang laki-laki mengimami seorang banci atau seorang wanita,
maka masing-masing dari keduanya berdiri di belakang imam dan tidak sejajar
dengan imam.
Apabila seorang laki-laki mengimami seorang laki-laki, lalu makmum itu
berdiri di sebelah kiri imam atau di belakangnya, maka saya memandangnya
makruh. Namun apabila ia melakukannya, maka ia tidak harus mengulangi dan
shalatnya telah memadai.
[Al-Umm 1, 248,
Rongkasan Kitab Al-Umm 1, hal.241]
2. IBNU RUSYD dalam
kitab Bidayatul Mujtahid berkata :
وسنة الواحد عند الجمهور أن يقف عن يمين الإمام لحديث ابن عباس
حين بات عند ميمونة. وقال قوم: بل عن يساره، ولا خلاف في أن المرأة الواحدة تصلي
خلف الإمام، وأنها إن كانت مع الرجل صلى الرجل إلى جانب الإمام والمرأة خلفه
Untuk makmum yang hanya seorang disunatkan di sebelah kanan agak ke
belakang. Ini menurut jumhur fuqaha. Alasannya adalah hadits
Ibnu Abbas, tatkala ia menginap di rumah Maimunah. Tetapi menurut sebagian fuqaha disunatkan
berdiri di sebelah kiri agak ke belakang.
Tentang wanita yang menjadi makmum sendirian, ia berdiri di belakang
imam laki-laki. Masalah ini sudah tidak diperdebatkan lagi. Apabila seseorang
wanita berjamaah dengan seorang laki-laki, maka makmum laki-laki-laki tadi
berdiri di sebelah kanan imam dan seorang wanita berdiri di belakang makmum
laki-laki. [Bidayatul
Mujtahid 1, ha. 334].
3. ZAINUDIN BIN ABDUL
AZIZ AL-MALIBARI AL-FANANI berkata dalam kitab Fathul Mu’in :
(وندب وقوف ذكر)
ولو صبيا لم يحضر غيره، (عن يمين الامام) وإلا سن له تحويله - للاتباع - (متأخر)
عنه (قليلا)، بأن تتأخر أصابعه عن عقب إمامه. وخرج بالذكر الانثى، فتقف خلفه، مع
مزيد تأخر
Makmum laki-laki disunatkan berdiri di sebelah kanan imam, walaupun
makmum itu anak-anak, kalaupun tidak terdapat makmum orang dewasa. Kalau tidak
demikian disunatkan kepada imam (meskipun sedang salat) mengalihkan makmum kea
rah kanannya, karena ittiba’ kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan ke belakang sedikit dengan cara jari kaki makmum mundur sedikit dari
tumit imamnya. Kecuali bagi wanita, ia mesti berdiri di belakang imam dengan
sedikit mundur (walaupun sendirian).
(فإن جاء) ذكر
(آخر، أحرم عن يساره)، ويتأخر قليلا، (ثم) بعد إحرامه (تأخرا) عنه ندبا، في قيام
أو ركوع، حتى يصيرا صفا وراءه
Apabila datang laki-laki yang lainnya, bertakbiratul ihramlah ia di
sebelah kiri imam dan mundur sedikit, kemudian setelah takbiratul ihram itu
kedua-duanya sunat mundur ke belakang, di kala imam berdiri atau rukuk,
sehingga membentuk barisan di belakang imam. Sebagaimana hadits dari Jabir.
(و) وقوف
(رجلين) جاءا معا (أو رجال) قصدوا الاقتداء بمصل (خلفه) صفا
Kebalikan dari cara itu ialah
: Jika makmum yang di sebelah kanan imam itu mundur sebelum makmum yang kedua
takbiratul ihram, atau kedua-duanya tidak mundur, atau mundur bukan di kala
imam berdiri atau rukuk, hukumnya makruh dan dapat menghilangkan pahala
berjamaah. Kecuali kalau imam yang maju, maka hukumnya diperbolehkan.
[Fathul Mu’in 1, hal. 382-384].
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar