iklan banner

Senin, 10 Oktober 2016

KISAH SAHABAT ABU HUROIROH MENANGKAP SETAN PENCURI HARTA (Jawa : Thuyul)


KISAH SAHABAT ABU HUROIROH MENANGKAP SETAN PENCURI HARTA (Jawa : Thuyul)

Dalam Shahih Bukhari disebutkan kisah di atas secara lengkap sebagai berikut, :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya.

Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.

فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ . فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »

Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya.

Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.

فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ . قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »

Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.”

Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311).

FAEDAH :

Iman kepada yang ghoib adalah salah satu dari Rukun Iman. Bahwasanya Allah Robbul ‘alamin, menciptakan dan memelihara alam dunia maupun alam ghoib, yaitu alam akhirat maupun alam Jin. Bahwa alam-alam tersebut juga dihuni okeh manusia maupun makhluk ghoib yaitu, malaikat, jin dan setan.

Dalam keyakinan orang beriman semuanya dicipta dan dikuasai oleh Allah, serta berjalan atas kodrat dan Irodatnya Allah. Tidak ada yang bisa memberi manfaat ataupun celaka melainkan atas ijin Allah Ta’ala. Sehingga hanya kepada Allahlah semata kita bergantung dan berserah diri.

Keberadaan perkara yang ghoib adalah nyata adanya walaupun akal belum bisa menerimanya, karena pada saatnya Allah akan berikan / tunjukkan bukti dan saksinya. Termasuk kisah diatas menunjukkan nyatanya adanya setan dan kekuatannya yang bisa membuat tipudaya terhadap manusia.

Dikalanngan bangsa Jin ada yang memiliki tabiat suka mengambil harta manusia, baik atas keinginannya sendiri maupun atas kehendak pihak-pihak lain. Merekapun memiliki hajat-hajat hidup serta kewajiban peribadatan kepada Allah. Ada diantara mereka kalangan Jin yang beriman kepada Allah, terdapat pula Setan dari bangsa jin yang senantiasa menggoda serta menjerumuskan manusia agar berbuat syrik dan durhaka kepada Allah.

Bangsa Jin bisa berinteraksi dengan manusia, bisa merubah wujudnya untuk bisa dilihat manusia, berbicara dalam bahasa manusia, bahkan bisa mencelakai manusia. Bangsa jin juga diberikan ilmu oleh Allah, namun manusia harus senantiasa condong keyakinannya bahwa Ilmu Allah melingkupi segalanya.

Kita harus mengimani bahwa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam juga diberikan oleh Allah dengan ilmu perkara ghoib, terbukti Nabipun mengetahui peristiwa perjumpaan Sahabat Abu Hurairah dengan bangsa Jin / setan.

Dalam kasus Sahabat Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu yang menangkap Jin yang hendak mengambil simpanan Zakat Fitrah, ternyata setan mengajarkan sesuatu, yang isi pengajarannya  dibenarkan oleh Nabi. Yang pada hakekatnya Setan adalah makhluk pendusta yang senantiasa akan menjerumuskan manusia ke arah kesesatan, kecuali hamba NYA yang ikhlas yang senantiasa di jaga oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Salah satu ilmu Allah yang diketahui oleh Setan, dan juga diajarkan oleh Nabi Shollallahu alaihi wa sallam yaitu keutamaan (fadhilah) dari membaca Al Qur’an dan ayat kursi, dengannya kita akan mendapatkan penjagaan Allah dan terlindung dari gangguan setan. Ayat Kursy , bila dibaca menjelang tidur fadhilahnya Allah akan beri penjagaan Nya sampai esok pagi, tidak mendapatkan gangguan dari setan.

Dengan keyakinan penuh kepada Allah dan diberikan keutamaan Alquran, terutama ayat kursy manusia sesungguhnya memiliki keunggulan untuk mengalahkan setan. Dan tak perlu takut serta tunduk dengan kemampuan setan yang bisa dikalahkan.

Dalam kasus di masyarakat, adanya tipudaya setan yang bisa jadi bekerjasama dengan manusia jahat untuk menggoda manusia dengan mencuri harta. Di jawa dikenal sebutan setan pencuri harta adalah Thuyul. Maka sebagai orang beriman hendaknya berkeyakinan :

1.      Allah maha kuasa atas segala sesuatu, baik yang nyata maupun yang ghoib.

2.      Setan tidak bisa beri manfaat atau celaka melainkan atas kehendak Allah.

3.      Bila tidak ada bukti bahwa harta hilang/ tercuri oleh seseorang ataupun oleh setan sekalipun, TIDAK BOLEH MEMBUAT TUDUHAN TANPA BUKTI, dan hal tersebut menjurus pada fitnah. Bukti dan saksi sangat berbeda dengan prasangka buruk (SUUDZON).
Barang hilang bisa jadi kemungkinannya : Terselip / terbuang, diambil orang, diambil setan, maka harus ada bukti atau saksi penentuannya.

4.      Jangan mengumbar kabar yang tidak / belum jelas kepada khalayak umum, apalagi perkara ghoib.

5.      Senantiasa Waspada dan tidak teledor adalah sikap ikhtiar menghindari keburukan.

6.      Menghindari gangguan setan, senantiasa baca Alquran / ayat kursy di rumah, mengucap bismillah ketika memulai sesuatu : Menyimpan barang, menutup makanan yang terbuka, menggantung pakaian di jemuran dll. Sehingga setan tak mampu menyentuhnya.

7.      Kembali pada jalan Agama bukan jalan para dukun antek setan.

8.      Harta yang hilang memang sesungguhnya bukan milik kita, walupun sudah mampir di tangan.

9.      Kekurangan harta dan kehilangannya merupakan cobaan bagi orang beriman. Terdapat hikmah kebaikan bila sabar menghadapinya, bahkan jauh lebih berharga dibanding harta yang hilang tersebut.

10.  Jalan yang haram mendapatkan harta (misal bekerjasama dengan setan atau dukun) tidak ada berkahnya dan akan membawa celaka dunia akhirat.

11.  Harta yang dicari bukan banyaknya namun berkah Allah atas rejeki.

12.  Tawakal kepada Allah, bahwa apa yang terjadi atas kehendak Allah kita Sabar atau Syukur dalam menerima ketetapan Allah atas diri kita.

13.  Barang siapa yang mengadukan masalah kehidupannya kepada Allah bukan kepada makhluq, maka Allah jua lah yang akan menyelesaikannya.

Wallahu a’lam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklan