iklan banner

Selasa, 07 November 2017

POLITIK PRAKTIS ISLAMI ATAU WACANA ILMU FIQIH SIYASAH



POLITIK PRAKTIS ISLAMI ATAU WACANA ILMU FIQIH SIYASAH

Saudaraku muslimin ....

Sering terjadi pro dan kontra apabila postingan suatu grup terkait dengan politik praktis. Suatu keniscayaan pertentangan akan terjadi. Karena orientasi politis masing-masing anggota grup tentu berbeda. Keberpihakan politis menjadikan pemicu konflik karena satu pihak akan mengkampanyekan pandangan politisnya, di pihak lain akan bertahan dengan serangan wacana politis.

Bisanya kalau sudah terjadi pertentangan politis (lumrah dalam dunia politik, namun akan mengganggu dalam grup yang bukan berorientasi politis)  yang terjadi suasana panas perdebatan, ujungnya adalah salah satu akan LEFT. Bahkan terkadang menjadikan hubungan persaudaraan dan pertemanan menjadi renggang. Tidak jarang penyebabnya adalah tekanan psikologis yang dianggap menyerang dan terintimidasi oleh wacana yang dimunculkan di grup.

Apalagi dalam wacana politik di Indonesia Agama seringkali juga diseret untuk melegitimasi pandangan politis. Jargon-jargon agama terkadang tercampur dengan jargon politis. Seolah ketika wacana politik islami berseberangan salah satu kubu akan menyerangnya dengan ungkapan : menentang Islam, penggolongan munafik dll. Padahal pertentangannya pada ijtihad politis bukan substansi keislamanya.

Pembenaran politis membawa atas nama Islam inilah terkadang menimbulkan kesimpang-siuran antara wacana Keislaman dan wacana politis. Yang antipati politik akhirnya membuat jargon ISLAM YES, POLITIK ISLAM NO, jargon yang bisa diperdebatkan dalam perspektif keislaman ataupun perspektif politis, masing-masing akan membuat rasionalitas kebenaran sendiri.

Disisi sebelahnya jargon yang dikembangkan ORANG ISLAM HARUS BERPOLITIK KALO TIDAK AKAN DIPOLITISIR, jargon tersebut terkadang mengharuskan orang islam untuk diarahkan orientasi politisnya ke PARTAI ISLAM. Bahkan diarahkan untuk mendukung pada gerakan politis kelompok Islam tertentu. Padahal beragamnya pandangan keislaman dan pandangan politis umat Islam di Indonesia adalah beragam. Tidak ada yang bisa mengklaim satu-satunya kelompoknya merepresentasikan ISLAM SECARA MUTLAK, dan yang tidak sama pandangan politis dengan kelompoknya dianggap bukan ISLAM. Apakah politikus muslim yang menyalurkan orientasi politisnya ke partai Nasionalis bukan partai Islam (semisal PDIP, GOLKAR, DEMOKRAT dll) dianggap tidak sedang membela Islam dalam perannya di partai tersebut ??? Apalagi terlalu ektrim dan kakunya pandangan menggolongkan politikus muslim tersebut yang dianggap tidak sejalan dengan pandangan poltik islaminya sebagai kaum munafiq ??????

Dua kubu yang akan membawa klaim pembenaran sendiri, sehingga pertentangan adalah keniscayaan. 

Kali ini saya wacanakan untuk menghindari politik praktis (kampanye orientasi politik) tapi kita kembangkan Wacana keilmuan politik dalam islam yang masuk dalam pembahasan FIQIH SIYASAH. Sehingga kita lebih mendorong pembicaraan dan diskusi pada wacana keilmuan FIQIH SIYASAH, bukan kampanye politik praktis islami, bahkan provokasi dan agitasi (termasuk HOAX) terhadap kubu-kubu lawan politis.

Dalam Tinjauan FIQIH SIYASAH tidak menutup kemungkinan menggunakan studi kasus aktual dalam duia politik di Indonesia maupun dunia Islam lainnya. Barangkali ini sekapur sirih untuk menghidupkan grup ini lebih produktif.

Monggo sinambi coffe break .... Sruuutup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklan