iklan banner

Kamis, 23 Februari 2017

KIRIM PAHALA

MENGIRIMKAN PAHALA UNTUK MUSLIMIN
ADALAH PEMAHAMAN SAHABAT

Banyak tuduhan bahwa “Mengirimkan pahala untuk orang lain” adalah bidah dengan pemahaman bahwa manusia hanya mendapat pahala atas amalnya sendiri. Benarkah demikian mari kita lihat pemahaman SAHABAT dalam masalah apakah orang lain bisa memperoleh amal dari amalan orang lain, sebagaimana hadits berikut :

 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ صَالِحِ بْنِ دِرْهَمٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ انْطَلَقْنَا حَاجِّينَ فَإِذَا رَجُلٌ فَقَالَ لَنَا إِلَى جَنْبِكُمْ قَرْيَةٌ يُقَالُ لَهَا الْأُبُلَّةُ قُلْنَا نَعَمْ قَالَ مَنْ يَضْمَنُ لِي مِنْكُمْ أَنْ يُصَلِّيَ لِي فِي مَسْجِدِ الْعَشَّارِ رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَرْبَعًا وَيَقُولَ هَذِهِ لِأَبِي هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ خَلِيلِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مِنْ مَسْجِدِ الْعَشَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُهَدَاءَ لَا يَقُومُ مَعَ شُهَدَاءِ بَدْرٍ غَيْرُهُمْ قَالَ أَبُو دَاوُد هَذَا الْمَسْجِدُ مِمَّا يَلِي النَّهْرَ

Telah menceritakan kepada kami [Muhammad Ibnul Mutsanna] berkata, telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Shalih bin Dirham] ia berkata; Aku mendengar [Bapakku] berkata, "Kami berangkat untuk menunaikan haji, lalu ada seorang laki-laki (Abu Hurairah) berkata, "Di sisi kalian ada sebuah kampung bernama Ubullah, " kami menjawab, "Benar." Laki-laki itu berkata lagi, "Siapakah di antara kalian bersedia memberi jaminan padaku, bahwa ia mau shalat untukku di masjid Al Asysyar sebanyak dua atau empat rakaat, setelah itu mengatakan '(pahala shalat ini untuk [Abu Hurairah]? Aku pernah mendengar kekasihku Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat Allah akan membangkitkan para syuhada dari masjid Al Asysyar, tidak ada yang bangkit (berdiri) bersama para syuhada perang badar selain mereka." Abu Dawud berkata, "Masjid ini ada di sisi sungai." (Hadits Imam Abu Daud Nomor 3754)

Jelas dalam hadits diatas pemahaman Sahabat Abu Hurairah Rodhiyallohu ‘anhu meyakini bahwa sampainya pahala orang lain terhadap dirinya, dengan mengharapkan adanya orang yang sholat di Masjid Asy-Syar untuk menghadiahkan pahala amalnya untuk beliau, karena keutamaan amalnya itu.

Dalam hadits diatas sayyidina Abu Hurairah juga memberikan contoh bagaimana menghadiahkan pahala amal untuk orang lain, dengan meniyatkan amal itu dengan perkataan : “ HADZIHI LI ...... (ABU HURAIRAH) ” / PAHALA AMAL INI UNTUK SI ...... (ABU HURAIRAH).

MAKA JELAS BAHWA MENGHADIAHKAN AMAL UNTUK ORANG LAIN ADALAH PEMAHAMAN SAHABAT, BUKAN BID’AH.

Maulana Muhammad Zakariyya dalam Kitab”Fadhilah sedekah”, mengutip kitab “Badzlul-Majhuul” terdapat riwayat dalam “Kitab Bahar” bahwa barangsiapa berpuasa, mengerjakan shalat atau bersedekah, kemudian ia menghadiahkan pahalanya untuk orang Islam lainnya, maka pahala itu akan sampai, baik orang yang dihadiahi itu masih hidup atau sudah mati.  Sebagaimana diriwayatkan Imam Abu Daud dari Abu Hurairah (seperti hadits diatas).

Wallahu a’lam.

Rabu, 22 Februari 2017

LARANGAN MEMBUAT TUDUHAN KEJI

JANGAN GAMPANG MERENDAHKAN ORANGLAIN DAN MEMBUAT TUDUHAN MUNAFIK BAHKAN KAFIR PADA SAUDARA MUSLIM LAINNYA 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan bahaya membuat tuduhan keji bagi Muslimin, beliau bersabda :

لاَ يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوْقِ وَلاَ يَرْمِيْهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ.
Tidaklah seseorang memvonis orang lain sebagai fasiq atau kafir maka akan kembali kepadanya jika yang divonis tidak demikian.” (HR Bukhari Bukhari no 6045. Dari Abu Dzarr)

أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرَ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ.
Siapa saja yang berkata kepada saudaranya,” Hai Kafir”. Maka akan terkena salah satunya jika yang vonisnya itu benar, dan jika tidak maka akan kembali kepada (orang yang mengucapkan)nya.” (HR Bukhari no 6104, dan Muslim no. 111 dari Abdullah bin Umar)

وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ.
Dan melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama dengan membunuhnya.” (HR Bukhari no 6105. Dari Tsabit bin Dlohhak )

FAEDAH :

Belakangan ini di medsos seringkali banyak yang berkomentar "anda Muslim?" untuk meragukan dan mempertanyakan keislaman orang lain hanya karena berbeda pendapat. Pandangan yang diselimuti amarah membuat seseorang meragukan keislaman saudara muslim lain. Bahkan membuat tuduhan ataupun stigma negatif dengan menyematkan gelar munafik pada saudara muslim lainnya.

Sifat tinggi hati (takabur) merasa dirinya lebih mulia, sikap meragukan keislaman orang lain dan mudah memvonis orang lain Munafik adalah sikap yang tidak pantas dilakukan sesama Muslim. Para sahabat Nabi dan ulama salaf akan berhati-hati dalam soal ini.

Kitab Aqidah Thahawiyah yang menjadi pegangan ulama salaf mengingatkan kita semua:

‎. لا ننزل أحد منهم جنة ولا نارا، ولا نشهد عليهم بكفر ولا شرك ولا بنفاق ما لم يظهر منهم شيء‎ من ذلك، ونذر سرائرهم إلى الله تعالى

"Kami tidak memastikan salah seorang dari mereka masuk surga atau neraka. Kami tidak pula menyatakan mereka sebagai orang kafir, musyrik, atau munafik selama tidak tampak lahiriah mereka seperti itu. Kami menyerahkan urusan hati mereka kepada Allah ta’ala".

Begitulah berhati-hatinya para ulama salaf menilai status keimanan orang lain. Apa yang tampak secara lahiriah bahwa mereka itu shalat, menikah secara Islam, berpuasa Ramadhan, maka cukup mereka dihukumi secara lahiriah sebagai Muslim, di mana berlaku hak dan kewajiban sebagai sesama Muslim, seperti berta'ziyah, menshalatkan dan menguburkan mereka. Masalah hati mereka, apakah ibadah mereka benar-benar karena Allah ta'ala itu hanya Allah yang tahu.

Imam al-Ghazali juga telah mengingatkan kita semua dalam kitabnya Bidayah al-Hidayah:

ولا تقطع بشهادتك على أحد من أهل القبلة بشرك أو كفر أو نفاق؛ فإن المطلع على السرائر هو الله تعالى، فلا تدخل بين العباد وبين الله تعالى، واعلم أنك يوم القيامة لا يقال لك: لِم لمَ تلعن فلانا، ولم سكت عنه؟ بل لو لم تعلن ابليس طول عمرك، ولم تشغل لسانك بذكره لم تسأل عنه ولم تطالب به يوم القيامة. وإذا لعنت أحدا من خلق الله تعالى طولبت به،

Janganlah engkau memvonis syirik, kafir atau munafik kepada seseorang ahli kiblat (orang Islam). Karena yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati manusia hanyalah Allah SWT. Jangan pula engkau ikut campur dalam urusan hamba-hamba Allah dengan Allah SWT. Ketahuilah, bahwa pada hari kiamat kelak engkau tidak akan ditanya : 'mengapa engkau tidak mau mengutuk si Anu? Mengapa engkau diam saja tentang dia?' Bahkan seandainya pun kau tidak pernah mengutuk Iblis sepanjang hidupmu, dan tidak menyebutnya sekalipun, engkau pun tidak akan ditanyai dan tidak akan dituntut oleh Allah nanti di hari kiamat. Tetapi jika kau pernah mengutuk seseorang makhluk Allah, kelak kau akan dituntut (pertanggungjawabannya oleh Allah SWT)".

Ciri-ciri Munafik yang disebutkan dalam Al-Qur’an seharusnya membuat kita mawas diri, bukan malah digunakan untuk menyerang sesama Muslim, apalagi hanya karena perbedaan pendapat dalam ijtihad keagamaan maupun pilihan politik.

Larangan buat Rasul menshalati jenazah orang Munafik itu karena doa Rasul maqbul jadi tidak selayaknya Rasul turut mendoakan kaum Munafik. Akan tetapi para sahabat yang lain tetap menshalatkan orang yang diduga Munafik karena para sahabat tidak tahu dengan pasti mereka itu benar-benar Munafik atau tidak.

Rasul hanya menceritakan bocoran dari langit sesiapa yang Munafik itu kepada sahabat yang bernama Huzaifah. Huzaifah tidak pernah mau membocorkannya meski didesak Umar bin Khattab. Walhasil Umar tidak ikut menshalati jenazah bila dia lihat diam-diam Huzaifah tidak ikut menshalatinya, tetapi Umar sebagai khalifah tidak pernah melarang sahabat lain untuk ikut menshalati jenazah tersebut. Belajarlah kita dari sikap Umar, Huzaifah.

Wallahu a’lam


Jumat, 10 Februari 2017

Dzikrullah Menutup Kekurangan dalam Ibadah

DZIKRULLAH MENUTUP KEKURANG SEMPURNAAN IBADAH

عَنْ اِبْنِ عَبَّاشٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ عَجِزَ مِنْكُمْ عَنِ اللَّيْلِ أَنْ يُكَابِدَهُ وَبَحِلَ بِالْمَالِ أَنْ يُنْفِقَهُ وَجَبُنَ عَنِ الْعَدُ وِّ أَنْ يُجَاهِدَهُ فَلْيُكْثِرْ ذِكْرَ اللَّهُ
(رواه اطبراني وَالبيهقي وَالبزار) 

Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma, Rosulallah shollallahu alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa diantara kalian yang tidak dapat beribadah pada malam hari karena malas, dan tidak dapat menginfaqkan hartanya kareni kikir, dan tak dapat berjihad karena takut, maka perbanyaklah Dzikrullah”. 
(HR. Thobrony, Al Baihaqi , Al Bazzar)

FAEDAH :
Kita menyadari masih banyak kesalahan-kesalahan dalam ibadah kita. Kelalaian dan kemalasan menyebabkan ketidaksempurnaan dalam ibadah. Dorongan nafsu sesat dan bisikan setan akan menimbulkan kemalasan dan was-was dalam peribadatan. Dzikir akan menutupi kekurangan dan kesalahan-kesalahan dalam ibadah.

Ketika setan menggoda manusia, akan menyelubungi hati manusia dan menyuntikkan racun kemaksiatan kedalamnya. Kecuali ketika manusia berdzikir maka setan akan meninggalkannya dalam rasa hina dan rendah.

Usaha untuk menguatkan hati guna mengokohkan iman yaqin sangat penting di zaman yang penuh fitnah. Kerusakan hati yang parah akibat bercokolnya penyakit hati dan gemilang dosa. Usaha untuk menyembuhkannya sangatlah penting, dengan dzikrullah memasukkan keagungan ilahi akan menyembuhkan dan mengeluarkan penyakit dan kotoran jiwa. Demikian pula akan memperkuat benteng perlindungan dari bisikan-bisikan setan dan akan menghalangi menjalarnya penyakit hati.

Dzikrullah akan mengokohkan iman yaqin, membebaskan dari sifat-sifat munafik dan menjadi benteng dari godaan setan.

Para sahabat rodhiyallahu anhum  mencapai derajat kemuliaan yang tinggi disisi Allah. Nabi shollallahu alaihi wasallam tak pernah memaksa para sahabat dalam beribadah. Tumbuh kesadaran dan kecintaan ibadah dari lubuk hatinya. Hal tersebut dikarenakan kuatnya iman yaqin dihatinya. Rahasia kekuatan hati para sahabat adalah dzikrullah. Oleh karenanya para ulama menganjurkan agar melatih diri dalam dzikrullah agar mampu melawan was-was setan dan membersihkan hati dari penyakit serta mengokohkan iman yaqin.

Wallahu a’lam.

Pandangan Penuh Rahmat

PANDANGAN PENUH RAHMAH AKAN MEMASUKKAN RAHMAT ALLAH KE DALAM HATI

Pandanglah saudaramu dengan pandangan kasih sayang, walaupun memiliki 99 keburukan pandangalah 1 kebaikan yang dimiliki abaikan yang lainnya serahkan pada ilahi rabbi.

Maka ketika engkau memiliki 10 kawan, 10 kebaikan (nuur kesholehan)pula yang menyinari hatimu.

Sebaliknya bila engkau sibuk dengan 99 keburukan saudaramu engkau abaikan 1 kebaikannya, maka bila engkau memiliki 10 kawan, 990 keburukan (kegelapan/ dzulumat) akan menyelimuti hatimu.

Karena yang membolak-balik hati adalah Allah ta’ala berprasangka baiklah (khusnudzon) kepada NYA sehingga engkau akan dituntun untuk dipertemukan segala rupa yang baik. Dan dijauhkan dari segala keburukan.

YAA MUQOLIBAL QULUB TSABBIT QULUBANA ILAT THOATIKA
Ya Allah yang membolak-balik hati teguhkanlah hatiku kepada ketaatan kepada MU


Wallahu a’lam

iklan