iklan banner

Kamis, 02 April 2015

SHALAWAT ATAS RASULALLAH



 
SHALAWAT ATAS RASULALLAH
Allah ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, ucapkanlah selawat dan salam  yang sempurna kepadanya (Nabi).”  (Q.S. al-Ahzab [33]: 56)

Banyak sekali hadis yang membicarakan selawat ini, baik tentang keutamaannya atau tentang anjuran membacanya, tetapi di sini kami akan mengemukakan sebagiannya Sebagai dorongan untuk mempelajari hadis-hadis lainnya dan agar mendapat berkah dalam penulisan kitab ini.

Dari Abdullab bin Amr bin al-Ash r.a., sesungguhnya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: 

“Barangsiapa mengucapkan selawat kepadaku, Allah berselawat (mem beri rahmat) kepadanya sepuluh kali karena selawatnya itu.”
(H.R. Muslim)

Dan Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:
‘Barang siapa mengucapkan selawat sekali kepadaku, Allah berselawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali.”
(HR. Muslim)
Dan Abdullab bin Mas’ud r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Manusia yang paling utama bersamaku (nanti) pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak mengucapkan selawat kepadaku.”
(H.R. Tirmidzi, ia mengatakan hadis hasan)

Tirmidzi menyebutkan pula bahwa hadis serupa diriwayatkan juga dari Abdur Rahman bin Auf, Amir bin Rabi’ah Ammar, Abu Thalhah, Anas dan Ubai bin Ka’ab radhiyallaah ‘anhum.

Dari Aus bin Aus r.a., Ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya hari yang paling afdal bagi kamu ialah hari Jumat. Oleh karena itu, perbanyaklah mengucapkan selawat kepadaku pada han itu. Sebab selawat yang kamu ucapkan itu akan ditampakkan kepadaku.” Mereka berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana selawai yang kami  baca itu jelas bagimu, padahal (nanti) (jasad kasar) kamu sudah hancur.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi (memakan) atas jasad para anbiya (nabi-nabi,).”
(HR. Abu Daud, an-Nas’i dan ibnu’ Majah dengan isnad-isnad sahih)

Dan Abu Hurairah r.a., Ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Jangan kamu jadikan kuburku tempat berhari raya dan ucapkanlah selawat kepadaku karena selawatmu itu akan sampai  kepadaku, di mana pun kamu berada.”
(H.R. Abu Daud di akhir Kitabul Haji, pada Ziyaratul Qubur dengan isnad sahih)

Dan Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Tiada seorang pun yang memberi salam kepadaku, melainkan Allah terlebih dahulu mengembalikan rohku kepadaku sehingga aku dapat menjawab salamnya.”
(H.R. Abu Daud dengan isnad sahih)

Dari Abu Hurairah r.a., Ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Seseorang amat hina (jika) namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak mengucapkan selawat kepadaku.”
(HR. Tirmidzi, ia mengatakannya hadis hasan)

Dari Anas r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Barangsiapa disebutkan namaku di sisinya, hendaklah Ia mengucapkan selawat kepadaku karena barang siapa bers elawat kepadaku, Allah Azza wa Jalla berselawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali.”
(HR. Ibnu Sunni dengan isnad jayyid)

Dari Ali r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Orang yang bakhil (kikir) itu ialah orang yang (jika) namaku disebut di sisinya, maka ia tidak mau mengucapkan selawat kepadaku.”
(H.R Tirmidzi, Ia menyatakannya sebagai hadis hasan sahih)

Hadis Abu Isa at-Tirmidzi berkata di sekitar hadis ini, diriwayatkan juga oleh an-Nasa’ i dan al-Husain bin Ali r.a., dari Nabi saw.

Imam Abu isa at-Tirmidzi berkata di sekitar hadis ini, diriwayatkan dari sebagian ahlul ilmi (kaum terpelajar), mereka berkata:

“Apabila seseorang telah mengucapkan selawat kepada Nabi saw. sekali pada suatu majelis, sudah cukuplah baginya melaksanakan hak majelis itu.”

Apabila seseorang membaca selawat kepada Nabi saw., hendaklah selawat itu digunakan dengan taslim, jangan dibaca salah satunya saja. Misalnya jangan dibaca Shallallaahu ‘alaih saja, atau ‘alaihis salaam saja.

Disunahkan bagi orang yang membaca hadis Rasulullah saw. dan bacaan lainnya, apabila disebutkan nama Rasulullah saw., menyaringkan suara dengan bacaan selawat dan salam kepadanya, tetapi tidak terlalu nyaring sampai membawa hal-hal yang kurang baik. Di antara ulama yang menerangkan berselawat dan bertaslim nyaring itu adalah Imam al-Hafizh Abu Bakar aI-Khatib al-Baghdadi dan beberapa ulama lainnya.

Beberapa ulama dan ashab kami dan beberapa ulama lainnya menerangkan sunah menyaringkan suara ketika mengucapk an selawat untuk Rasulullah saw. ketika mendengar namanya disebutkan orang. Wallaahu a’lam.

Dan Umar bin al-Khathab r.a., Ia berkata:
“Sesungguhnya doa itu tertahan (mengambang) antara langit dan bumi, tidak dapat naik sedikit pun daripada itu sampai ia mengucapkan selawat kepada Nabinya saw.”  (H.R Tirmidzi)

Para ulama telah bersepakat kata (ijmak) bahwa sunah doa itu diawali dengan kalimat memuji Allah ta’ala kemudian mengucapkan selawat kepada Rasulullab saw. Demikian pula ketika menutup doa. Hadis yang berkenaan dengan persoalan ini sangat banyak lagi masyhur.

Para ulama telah sepakat bahwa selawat kepada Nabi kita Muhammad saw. adalah sunah. Demikian pula sebagian besar mereka sepakat bahwa mengucapkan selawat kepada para Nabi dan malaikat adalah sunah secara terpisah. Adapun selain mereka yang tersebut di atas tidak boleh ditujukan selawat kepadanya pada kesempatan pertama. Tidak boleh misalnya disebutkan Abu Bakar saw.

Para ulama sepakat pula bahwa mengucapkan selawat kepada selain para nabi adalab boleh jika mereka itu disebutkan sesudah menyebut para nabi, misalnya:

Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammadin wa ash haabihii wa azwaajihii wa dzurriyyaatihii wa atbaa’ih.

Ya Allah, berilah selawat [rahmat] kepada Nabi Muhamm ad, kepada keluarga Muhammad, sahabat-sahabatnya, istri-i strinya, keturunannya, dan pengikut-pengikutnya).

Kebolehan ini berdasarkan hadis sahih.

Disunahkan mengucapkan taradhdhi dan tarahhum kepada para sahabat, tabiin dan mereka yang sesudahnya dan para ulama, ahli-ahli ibadah dan orang-orang terkemuka dalam agama. Adapun lafalnya adalah radhiyallahu ‘anh atau rahimah ullah dan lafal-lafal yang serupa dengan itu.



Jika yang disebut itu seorang sahabat Nabi saw., anak dan seorang sahabat diucapkanlah (misalnya), ibnu Umar (anak Umar, maksudnya Abdullah) radhiyallahu anhuma, ibnu Abbas, ibnuz Zubair, ibnu Fajar, Usamah bin Zaid dan lain-lain. Disebutkan raddhiyatlahu ‘anhuma (Semoga Allah meridhai mereka berdua) kanena dalam taradhdhi ini ayahnya diikutsertakan.


Rujukan : Imam Nawawi dalam Al-Adzkar kitab sholawat



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklan