FADZILAH
ALQURAN SERTA DZIKIR DI LANGIT DAN DI BUMI
عَنْ اَبِيْ ذَرٍّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَلَ : قَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّ
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( لِاَ بِىْ ذَرٍّ ) عَلَيْكَ بِتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ ,
وَذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَاِنَّهُ ذِكْرٌ لَّكَ فِى السَّمَاءِ وَنُرٌ لَّكَ
فِى الْاَرْضِ . ( وهو جزء من الحديث )
رواه البيهقى فى شعب الايمان٤/٢٤٢ .
‘ALAIKA BITILAWATIL QURAN
WADZIKRILLAHI ‘AZZA WAJALLA, FAINNAHU DZIKRUN LAKA FIS SAMAA-I WA NUURUN LAKA
FIL ARDHI
Dari Abu Dzar r.a.
berkata, Rasulullah saw. Bersabda (kepada Abu Dzar) “ Hendaknya kamu membaca al-Quran
dan dzikir kepada Allah azza wajalla, karena sesungguhnya hal itu akan
menjadikanmu diingat di langit dan cahaya bagimu di bumi.” (Bagian dari hadits
yang panjang, diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam syu’aibul iiman IV/242)
FAEDAH :
Sebagian
amalan yang sangat dianjurkan oleh baginda Nabi shollallahu alaihi wasallam
adalah membaca alquran dan dzikrullah. Dua amalan yang dinasehatkan kepada
sahabat Abu dzar oleh beliau untuk di lazimkan dan dicintai karena mengandung
keutamaan yang besar.
Membaca
Alquran dan Dzikrullah menjadikan orang yang mengamalkannya dengan penuh
kecintaan dan keikhlasan, akan disebut-sebut dan dibagga-banggakan oleh Allah
dikalangan para malaikat.
Sebagaimana
digambarkan dalam hadits berikut :
Dari
Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata: Mu’awiyah keluar menemui satu halaqah
(kelompok orang yang duduk berkeliling) di dalam masjid, lalu dia bertanya,”Apa
yang menyebabkan engkau duduk?” Mereka menjawab,”Kami duduk berdzikir kepada
Allah.” Dia bertanya lagi,”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan engkau
duduk, kecuali hanya itu?” Mereka menjawab,”Demi, Allah. Tidak ada yang
menyebabkan kami duduk, kecuali hanya itu?” Dia berkata,”Sesungguhnya aku
tidaklah meminta engkau bersumpah karena sangkaan (bohong, Pent.) kepadamu.
Tidaklah ada seorangpun yang memiliki kedudukan seperti aku dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lebih sedikit haditsnya dariku. Dan
sesungguhnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar menemui
satu halaqah dari para sahabat beliau. Kemudian beliau bertanya,’Apa yang
menyebabkan engkau duduk?’.” Mereka menjawab,”Kami duduk berdzikir kepada
Allah.” Beliau bertanya lagi,”Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan engkau
duduk, kecuali hanya itu?” Mereka menjawab,”Demi, Allah. Tidak ada yang
menyebabkan kami duduk, kecuali hanya itu?” Beliau bersabda,”Sesungguhnya, aku
tidaklah meminta engkau bersumpah karena sangkaan (bohong, Pent) kepadamu. Akan
tetapi Jibril telah mendatangiku, lalu memberitahukan kepadaku, bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala membanggakanmu kepada para malaikat.” [HR Muslim, no.
2701].
Jika
Allah SWT membanggakan amalan manusia kepada para malaikat, itu menandakan
amalan kita diteria oleh-Nya, maka balasannya insyaa Allah berupa pengampunan
atas dosa-dosa, kebutuhan kita dicukupi dengan rezeki yang tidak
disangka-sangka. Doa-doa yang tak tertolak dan selalu dikabulkan Allah, serta
kelak kita akan dimasukkan ke dalam surga.
Membaca
Alquran dan Dzikrullah akan menjadi cahaya bagi orang yang mengamalkannya
dengan penuh kecintaan dan keikhlasan. Hal ini sebagaimana yang Allah ta’ala
firmankan :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا (174)
Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepada kalian bukti kebenaran dari Tuhan kalian, (Muhammad dengan
mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepada kalian cahaya yang terang benderang
(Al-Qur’an). (Q.S. Annisa [4]:174)
Dalam tafsir Ibnu Katsir
yang dimaksudkan NURON MUBINAN (cahaya yang terang benderang) Yaitu cahaya yang
terang dan jelas menunjukkan perkara yang hak. Menurut Ibnu Juraij dan
lain-lainnya, makna yang dimaksud ialah Al-Qur'an.
Dalam kehidupan dunia Cahaya
adalah sumber keindahan, sumber kehidupan, sumber kebahagiaan. Manusia bisa
melihat eloknya dunia karena ada cahaya yang meneranginya. Ketika manusia sakit memudar cahaya dirinya
sehingga pucat pasi. Kecantikan diri pun sirna seiring hilangnya nuur dalam
dirinya.
Cahaya
Al-Quran adalah hidayah dari Sang Pencipta. Namun tidak seperti sinar matahari
atau cahaya bulan yang dapat terhalang oleh sesuatu, seperti awan, gunung,
bangunan, topi dll, cahaya Al-Quran tidak mungkin dihalangi dan terhalangi oleh
apapun, kecuali oleh hati yang kotor penuh dengan kerak dosa dan penyakit jiwa
(sombong, dengki, anfsu amarah dll.) Orang jahat yang senantiasa bergelimangan
dosa dan kemaksiatan menyelimuti dirinya dengan dzulumat (kegelapan). Orang
beriman yang banyak beramal sholeh akan terpancar cahaya kesholehannya.
“Allah
Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya
ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.(QS.Al-Baqarah(2):257).
Hati
manusia itu sifatnya bagaikan cermin. Bila hati bersih maka pantulan cahayanya
juga bersih. Dan bila hati kotor maka pantulan cahayanyapun kotor. Cahaya
inilah yang memberi warna wajah dan tubuh kita. Cahaya kesolehan terpancar dari
cahaya iman dan cahaya alquran yang merasuk dalam hatinya. Begitu kuatnya
Cahaya alquran tidak hanya menyinari dirinya namun juga keluarga, masyarakat
bahkan dunia sebagaimana para ambiya dan sholihin. Untuk memperkuat cahaya iman
dan nuur kesholehan maka amalan yang hendaknya dicintai penuh kecintaan dan
keikhlasan adalah Membaca Alquran dan Dzikrullah. Wallahu a’lam